Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo ikut memberi masukan percepatan pencapaian sasaran ketahanan pangan jangka pendek guna mendukung program ketahanan pangan nasional saat menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Membahas Soal Pangan di Balai Sidang Bung Hatta, Istana Bung Hatta, Bukittinggi, Sumatera Barat, Selasa (29/10).
Menurutnya, untuk dapat meningkatkan ketahanan pangan dalam jangka pendek secara realistis, maka fokus kebijakan dan strategi yang digunakan adalah intensifikasi dan optimalisasi. Intensifikasi diarahkan pada aspek peningkatan produktivitas dengan perbaikan agroinput (benih, pupuk, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan), peningkatan layanan irigasi sampai tingkat usaha tani, serta pendampingan poktan, gapoktan oleh penyuluh terutama pada kawasan yang IP =1.
Lebih lanjut disampaikannya, optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian melalui pembangunan tampungan air skala kecil (embung, lumbung air, dan long storage / pompanisasi air permukaan), serta penambahan jaringan irigasi air tanah (JIAT).
Melalui pemaparannya, Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim itu menyampaikan komitmen Pemprov Jatim terhadap pencapaian surplus beras 10 juta ton, target kedelai nasional, meningkatkan produksi gula nasional, serta pencapaian ketahanan pangan (daging sapi).
Komitmen Pemprov Jatim terhadap pencapaian surplus beras 10 juta ton antara lain produksi gabah kering giling (GKG) Jatim tahun 2014 sebesar 12,79 juta ton. Setelah dikurangi konsumsi Jatim tersedia surplus, untuk standing stock nasional 4,93 juta ton beras, dengan indeks konsumsi 88,31 kg/Kap/tahun. Saat ini, indeks pertanaman 1,86 ditingkatkan menjadi 2,3 (dengan asumsi penyediaan air baku di 13 waduk telah diselesaikan). "Dengan indeks pertanaman 2,3, Jatim akan mampu meningkatkan produksi sampai dengan 13,05 juta ton dan jagung 7,16 juta ton (dari existing 6,2 juta ton)," ujarnya.
Komitmen Pemprov Jatim terhadap target kedelai nasional yakni saat ini luas panen kedelai di Jatim sekitar 230 ribu Ha akan ditingkatkan menjadi sekitar 259 ribu Ha, produktivitas 1,6 ton/Ha ditingkatkan menjadi 1,66 ton/Ha, serta lebih melibatkan Bulog untuk menjadi penyangga pasar kedelai dalam negeri.
Untuk meningkatkan produksi gula nasional, Pemprov Jatim memiliki komitmen untuk melakukan langkah-langkah antara lain luas lahan tebu saat ini sekitar 202 ribu Ha dapat ditingkatkan menjadi sekitar 207,2 ribu Ha di Madura. Apabila potensi lahan di Madura dioptimalkan secara keseluruhan untuk tebu, maka luas lahan tebu Jatim dapat mencapai sekitar 225 ribu Ha. Dengan demikian produksi gula dalam jangka pendek bisa ditingkatkan menjadi 1,33 juta ton gula dari saat ini 1,25 juta ton gula.
"Apabila luas lahan bisa mencapai 225 ribu Ha, maka produksi gula bisa mencapai 1,44 juta ton. Produksi tersebut dicapai apabila program revitalisasi pabrik gula dilaksanakan, serta intensifikasi di tingkat onfarm dilaksanakan sesuai dengan rencana," tegas Pakde Karwo.
Selain itu, Pakde Karwo juga menyampaikan komitmen Pemprov Jatim terhadap pencapaian ketahanan pangan (daging sapi). Adapun komitmen yang disampaikan yakni pencapaian peningkatan kelahiran sapi dari 1 juta menjadi 1,1 juta pada tahun 2014 diutamakan melalui optimalisasi inseminasi buatan (IB) sebanyak 1,5 juta dosis, pelatihan peternak dan petugas, peningkatan kualitas pakan dengan bantuan mini feedmill, pengendalian pemotongan betina produktif dengan menerapkan Perda Nomor 3 Tahun 2012, pengendalian penyakit hewan srategis (brucellosis/kluron), serta pengembangan wilayah sumber bibit ternak dengan pengembangan sapi-tanaman (sapi-padi, sapi-tebu).
Selain menyumbangkan pemikirannya, Pakde Karwo menandatangani komitmen dukungan pencapaian sasaran ketahanan pangan. Penandatanganan tersebut diikuti 12 menteri dan 12 gubernur di Indonesia. Adapun gubernur yang menandatangani komitmen tersebut yakni Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Wagub Jabar Deddy Mizwar (mewakili Ahmad Heryawan), Gubernur Lampung Sjahroedin ZP, Gubenur Sumatera Selatan Alex Noerdin, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
Kemudian Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin, Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang, Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak, Wakil Gubernur Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya (mewakili Cornelis), Gubernur NTB Zainul Majdi, dan Gubernur Papua Barat Abraham Octavianus.
Pada kesempatan tersebut, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, pemerintah telah menetapkan garis besar rencana aksi ketahanan pangan hingga 2014. Rencana aksi yang ditetapkan di Bukittinggi ini bisa diaplikasikan di seluruh Indonesia, dan merupakan keterpaduan upaya antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dunia usaha.
Rencana aksi tersebut jelas sasarannya, jelas siapa yang akan berkontribusi, dan dengan mekanisme seperti apa dijalankan, termasuk penganggaran dari pemerintah pusat dan daerah. Dalam rencana aksi tersebut pemerintah membentuk suatu gugus kendali yang akan memantau dan mengawasi.
Ia menjelaskan, rencana aksi fokus pada penguatan ketahanan lima kebutuhan pangan pokok yakni beras, gula, daging sapi, kedelai, dan jagung. Khusus produksi beras, diperkirakan kebutuhan 2014 mendatang adalah 33 juta ton dan sasaran produksi beras yang akan dicapai di tahun mendatang adalah 10 juta lebih tinggi dari kebutuhan pada tahun tersebut.
Target produksi yang lebih besar dari kebutuhan ini sebagai upaya pencegahan terjadinya segala kemungkinan, seperti gangguan perubahan iklim, gejolak pasar beras duni, dan faktor-faktor lainnya. "Insya Allah, di samping aksi ini, masih terbuka ruang untuk kolaborasi antara pemerintah daerah dan pusat, serta dunia usaha, sehingga surplus 10 juta ton beras tersebut bisa dicapai bersama," imbuhnya.
Untuk komoditas kedelai, diakui oleh Presiden SBY, masih sering menjadi isu sosial karena kebutuhan amsyarakat yang tinggi. Kebutuhan kedelai tahun depan mencapai 1,98 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri tahun lalu hanya 900 ribu ton.
"Gap masih besar. Kita berupaya untuk bisa meningkatkan produksi kedelai dalam negeri secara signifikan. Oleh karena itu, kolaborasi dunia usaha dan pemerintah juga sangat dibutuhkan. Kita berharap, paling tidak, tahun depan produksi kedelai bisa mencapai 1 juta ton lebih," harapnya.
Untuk komoditas jagung dan gula, secara nasional tidak mengkhawatirkan. Kebutuhan jagung 14,62 juta ton, sedangkan perkiraan produksi sebesar 19 juta ton. Meskipun demikian, pemerintah menargetkan produksi jagung mencapai 20 juta ton. Sedangkan gula, kebutuhan masyarakat adalah 2,7 juta ton dan perkiraan produksinya adalah 2,8 juta ton. Produksi gula akan ditingkatkan lagi menjadi 3,1 juta ton pada tahun mendatang.
Mengenai daging sapi, sama seperti kedelai, masih menghadapi persoalan. Seiring meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, kebutuhan akan konsumsi daging juga meningkat. Diperkirakan, kebutuhan daging sapi tahun 2014 sebanyak 575,88 ribu ton sementara perkiraan produksinya sebesar 443,22 ribu ton. Terdapat gap sebanyak 130 ribu ton daging sapi.
"Pemerintah memiliki target untuk meningkatkan produksi sekitar 20 ribu ton lagi. Kita ingin terus meningkatkan, sehingga gap antara produksi dan kebutuhan pun semakin kecil. Harga yang ditetapkan pun harus pas," SBY menjelaskan. (Humas Setdaprov. Jatim).
Menurutnya, untuk dapat meningkatkan ketahanan pangan dalam jangka pendek secara realistis, maka fokus kebijakan dan strategi yang digunakan adalah intensifikasi dan optimalisasi. Intensifikasi diarahkan pada aspek peningkatan produktivitas dengan perbaikan agroinput (benih, pupuk, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan), peningkatan layanan irigasi sampai tingkat usaha tani, serta pendampingan poktan, gapoktan oleh penyuluh terutama pada kawasan yang IP =1.
Lebih lanjut disampaikannya, optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian melalui pembangunan tampungan air skala kecil (embung, lumbung air, dan long storage / pompanisasi air permukaan), serta penambahan jaringan irigasi air tanah (JIAT).
Melalui pemaparannya, Pakde Karwo sapaan akrab Gubernur Jatim itu menyampaikan komitmen Pemprov Jatim terhadap pencapaian surplus beras 10 juta ton, target kedelai nasional, meningkatkan produksi gula nasional, serta pencapaian ketahanan pangan (daging sapi).
Komitmen Pemprov Jatim terhadap pencapaian surplus beras 10 juta ton antara lain produksi gabah kering giling (GKG) Jatim tahun 2014 sebesar 12,79 juta ton. Setelah dikurangi konsumsi Jatim tersedia surplus, untuk standing stock nasional 4,93 juta ton beras, dengan indeks konsumsi 88,31 kg/Kap/tahun. Saat ini, indeks pertanaman 1,86 ditingkatkan menjadi 2,3 (dengan asumsi penyediaan air baku di 13 waduk telah diselesaikan). "Dengan indeks pertanaman 2,3, Jatim akan mampu meningkatkan produksi sampai dengan 13,05 juta ton dan jagung 7,16 juta ton (dari existing 6,2 juta ton)," ujarnya.
Komitmen Pemprov Jatim terhadap target kedelai nasional yakni saat ini luas panen kedelai di Jatim sekitar 230 ribu Ha akan ditingkatkan menjadi sekitar 259 ribu Ha, produktivitas 1,6 ton/Ha ditingkatkan menjadi 1,66 ton/Ha, serta lebih melibatkan Bulog untuk menjadi penyangga pasar kedelai dalam negeri.
Untuk meningkatkan produksi gula nasional, Pemprov Jatim memiliki komitmen untuk melakukan langkah-langkah antara lain luas lahan tebu saat ini sekitar 202 ribu Ha dapat ditingkatkan menjadi sekitar 207,2 ribu Ha di Madura. Apabila potensi lahan di Madura dioptimalkan secara keseluruhan untuk tebu, maka luas lahan tebu Jatim dapat mencapai sekitar 225 ribu Ha. Dengan demikian produksi gula dalam jangka pendek bisa ditingkatkan menjadi 1,33 juta ton gula dari saat ini 1,25 juta ton gula.
"Apabila luas lahan bisa mencapai 225 ribu Ha, maka produksi gula bisa mencapai 1,44 juta ton. Produksi tersebut dicapai apabila program revitalisasi pabrik gula dilaksanakan, serta intensifikasi di tingkat onfarm dilaksanakan sesuai dengan rencana," tegas Pakde Karwo.
Selain itu, Pakde Karwo juga menyampaikan komitmen Pemprov Jatim terhadap pencapaian ketahanan pangan (daging sapi). Adapun komitmen yang disampaikan yakni pencapaian peningkatan kelahiran sapi dari 1 juta menjadi 1,1 juta pada tahun 2014 diutamakan melalui optimalisasi inseminasi buatan (IB) sebanyak 1,5 juta dosis, pelatihan peternak dan petugas, peningkatan kualitas pakan dengan bantuan mini feedmill, pengendalian pemotongan betina produktif dengan menerapkan Perda Nomor 3 Tahun 2012, pengendalian penyakit hewan srategis (brucellosis/kluron), serta pengembangan wilayah sumber bibit ternak dengan pengembangan sapi-tanaman (sapi-padi, sapi-tebu).
Selain menyumbangkan pemikirannya, Pakde Karwo menandatangani komitmen dukungan pencapaian sasaran ketahanan pangan. Penandatanganan tersebut diikuti 12 menteri dan 12 gubernur di Indonesia. Adapun gubernur yang menandatangani komitmen tersebut yakni Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Wagub Jabar Deddy Mizwar (mewakili Ahmad Heryawan), Gubernur Lampung Sjahroedin ZP, Gubenur Sumatera Selatan Alex Noerdin, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
Kemudian Gubernur Kalimantan Selatan Rudy Ariffin, Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang, Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak, Wakil Gubernur Kalimantan Barat Christiandy Sanjaya (mewakili Cornelis), Gubernur NTB Zainul Majdi, dan Gubernur Papua Barat Abraham Octavianus.
Pada kesempatan tersebut, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, pemerintah telah menetapkan garis besar rencana aksi ketahanan pangan hingga 2014. Rencana aksi yang ditetapkan di Bukittinggi ini bisa diaplikasikan di seluruh Indonesia, dan merupakan keterpaduan upaya antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan dunia usaha.
Rencana aksi tersebut jelas sasarannya, jelas siapa yang akan berkontribusi, dan dengan mekanisme seperti apa dijalankan, termasuk penganggaran dari pemerintah pusat dan daerah. Dalam rencana aksi tersebut pemerintah membentuk suatu gugus kendali yang akan memantau dan mengawasi.
Ia menjelaskan, rencana aksi fokus pada penguatan ketahanan lima kebutuhan pangan pokok yakni beras, gula, daging sapi, kedelai, dan jagung. Khusus produksi beras, diperkirakan kebutuhan 2014 mendatang adalah 33 juta ton dan sasaran produksi beras yang akan dicapai di tahun mendatang adalah 10 juta lebih tinggi dari kebutuhan pada tahun tersebut.
Target produksi yang lebih besar dari kebutuhan ini sebagai upaya pencegahan terjadinya segala kemungkinan, seperti gangguan perubahan iklim, gejolak pasar beras duni, dan faktor-faktor lainnya. "Insya Allah, di samping aksi ini, masih terbuka ruang untuk kolaborasi antara pemerintah daerah dan pusat, serta dunia usaha, sehingga surplus 10 juta ton beras tersebut bisa dicapai bersama," imbuhnya.
Untuk komoditas kedelai, diakui oleh Presiden SBY, masih sering menjadi isu sosial karena kebutuhan amsyarakat yang tinggi. Kebutuhan kedelai tahun depan mencapai 1,98 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri tahun lalu hanya 900 ribu ton.
"Gap masih besar. Kita berupaya untuk bisa meningkatkan produksi kedelai dalam negeri secara signifikan. Oleh karena itu, kolaborasi dunia usaha dan pemerintah juga sangat dibutuhkan. Kita berharap, paling tidak, tahun depan produksi kedelai bisa mencapai 1 juta ton lebih," harapnya.
Untuk komoditas jagung dan gula, secara nasional tidak mengkhawatirkan. Kebutuhan jagung 14,62 juta ton, sedangkan perkiraan produksi sebesar 19 juta ton. Meskipun demikian, pemerintah menargetkan produksi jagung mencapai 20 juta ton. Sedangkan gula, kebutuhan masyarakat adalah 2,7 juta ton dan perkiraan produksinya adalah 2,8 juta ton. Produksi gula akan ditingkatkan lagi menjadi 3,1 juta ton pada tahun mendatang.
Mengenai daging sapi, sama seperti kedelai, masih menghadapi persoalan. Seiring meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, kebutuhan akan konsumsi daging juga meningkat. Diperkirakan, kebutuhan daging sapi tahun 2014 sebanyak 575,88 ribu ton sementara perkiraan produksinya sebesar 443,22 ribu ton. Terdapat gap sebanyak 130 ribu ton daging sapi.
"Pemerintah memiliki target untuk meningkatkan produksi sekitar 20 ribu ton lagi. Kita ingin terus meningkatkan, sehingga gap antara produksi dan kebutuhan pun semakin kecil. Harga yang ditetapkan pun harus pas," SBY menjelaskan. (Humas Setdaprov. Jatim).
Komentar