Orang
tua yang tinggal di kawasan lokalisasi di Kota Surabaya, diminta untuk
memperhatikan masa depan anak-anak mereka. Pertumbuhan dan masa depan
anak-anak harus menjadi prioritas di atas segalanya, termasuk urusan
perut.
Surabaya, suaralempanas.com-Harapan
tersebut disampaikan Walikota Surabaya, Ir Tri Rismaharini MT ketika
membuka acara deklarasi Surabaya bebas prostitusi di Taman Bungkul,
Minggu (10/11). Kegiatan yang digelar bertepatan dengan peringatan Hari
Pahlawan ini juga dihadiri ratusan elemen masyarakat
yang mendukung kampanye Surabaya bebas prostitusi. Ikut hadir Kepala
Dinas Sosial Kota Surabaya, Supomo dan Kabag Humas Pemkot Surabaya,
Muhamad Fikser.
"Masa
depan anak-anak harus jadi prioritas. Orang tua jangan hanya memikirkan
perut saja tetapi merugikan anak-anak," tegas Walikota Risma.
Dijelaskan
Walikota Risma, permasalahan lokalisasi seperti Dolly adalah masalah
klasik yang selalu mengiringi walikota Surabaya yang menjabat pada
setiap periode. Termasuk juga permasalahan social lainnya seperti
trafficking (perdagangan anak). Menurut walikota, permasalahan sosial tersebut memiliki benang merah dengan daerah lokalisasi.
"Ketika
saya datang ke sekolah yang dekat dengan lokalisasi, ada kecenderungan
anak-anaknya tatapan matanya kosong dan tanpa semangat. Anak-anak ini
kan dekat dengan praktik seks bebas. Mereka harus diselamatkan," sambung
walikota.
Pemerintah
Kota (Pemkot) Surabaya memang serius melakukan rehabilitasi terhadap
wilayah lokalisasi. Sejauh ini, sudah ada tiga lokalisasi yang sudah
ditutup. Yakni lokalisasi Tambakasri, Klakah Rejo, dan juga Dupak
Bangunsari. Ke depannya, Pemkot Surabaya berencana menutup lokalisasi
Sememi pada Desember 2013 mendatang. Dan pada 2014 mendatang, Pemkot
Surabaya juga akan melakukan rehabilitasi terhadap kawasan lokalisasi
Jarak dan Dolly.
Walikota
mengarisbawahi bahwa rehabilitasi lokalisasi di Surabaya harus
dilakukan. Khusus untuk rehabilitasi lokalisasi Dolly, Walikota Risma
menyebut sedang melakukan persiapan matang. Menurutnya, persiapannya
harus lengkap karena kawasan lokalisasi Dolly luas dan bahkan
disebut-sebut sebagai lokalisasi terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Sekarang, walikota sudah menginstruksikan kepada dinas-dias terkait
untuk siap bergerak.
"Karena
tidak ada gunanya Surabaya bersih, indah dan tamannya banyak tetapi
masih ada masalah social seperti Dolly. Karena itu, saya tidak akan
menyerah," sebut walikota.
Terkait
mau diapakan kawasan Dolly setelah direhabilitasi nanti, walikota
menegaskan bahwa Pemkot akan menjadikan area lokalisasi yang berada di
tengah kota ini sebagai sub distrik unit pengembangan. Walikota
meyakinkan agar warga yang tinggal di sekitar lokalisasi Dolly, tidak
khawatir dengan adanya rencana rehabilitasi yang dilakukan Pemkot
Surabaya. Mantan kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya
ini mencontohkan warga di kawasan lokalisasi Dupak Bangunsari yang
awalnya sempat tidak setuju dengan penutupan, kini merasakan dampak
positifnya.
"Warga
di sekitar Dolly ndak usah bingung. Lihat warga di Dupak Bangunsari,
sekarang produk UKM mereka sudah sampai luar negeri. Saya juga terkejut.
Kalau ada niat baik, Tuhan pasti bantu," sambung walikota Risma.
Sebelumnya,
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Supomo, mengatakan, saat
ini pihaknya sudah melakukan kajian bagaimana rehabilitasi Dolly
tersebut akan dilakukan. Utamanya tentang bagaimana warga yang terkena
dampak langsung secara ekonomi dan social imbas rehabilitasi tersebut.
Dinsos akan melakukan pemberdayaan agar warga sekitar lokalisasi tidak
terlalu berat merasakan dampak rehabilitasi. Dia mencontohkan lokasi eks
lokalisasi di Klakah Rejo yang kini dialihfungsikan untuk bangunan
Sport Center, sekolahan dan taman.
"Ini
kan program kasih sayang. Untuk Dolly belum tahu nanti akan dibangun
apa karena kajian di Bappeko masih belum turun. Tetapi yang jelas,
prinsip kami, Dolly yes, prostitusi No. Keinginan ini didukung oleh
elemen masyarakat seperti organisasi kemasyarakat (Ormas) keagamaan,
Ormas kepemudaan, dan juga kemahasiswaan," jelas Supomo.(sh86)
Diakui
Supomo, transformasi lokalisasi Dolly tidak akan mudah. Tetapi,
aturannya sudah jelas bahwa tiap bangunan di Kota Surabaya dilarang
digunakan untuk tempat asusila. Dan Pemkot Surabaya disebutnya memiliki
fungsi regulator, melihat ada area di Surabaya yang masih harus ditata
kembali.
"
Prinsipnya, kita selamatkan generasi masa depan, itu lebih utama
daripada kita terus berargumentasi. Kita tahu, penanganan Dolly harus
lebih cermat dan teliti. Dan kita sudah melakukan sosialisasi, tidak
hanya melalui diskusi juga deklarasi ini. Tentunya juga dengan bantuan
pemberitaan dari teman-teman media," imbuh mantan Camat Kenjeran ini.(sh86,*)
Komentar